Oleh : Singgih Prihadi (hasil sharing dng Bp. Sugiyanto/ PD II FKIP UNS)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperativ learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencrdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih,dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga darisesama siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling ketergantungan positif; (2)interaksi tatap muka;(3) akuntabilitas individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (2000:78-79)
Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan susasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: a)saling ketergantungan mencapai tujuan (b)saling ketergantungan menyelesaikan tugas (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d)saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah;
Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialaog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
Akuntabilitas individual
Pembelajatran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani memperthankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
4. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah esensisal anatara kelompok belajar kooperatif denagn kelompok belajar tradisional. Perhatikan tabel berikut:
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungka diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnnya hanya ‘enak-enak saja’di atas keberhasilan temannaya yang dianggap ‘pemborong’
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memeberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung,guru terus melakukan pemantaun melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memeperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
5. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada banayak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan.
Berikut beberapa keuntungannya :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
c. memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
d. memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen
e. menghilangkan sifat meementingkan diri sendiri atau egois
f. membangun persahabatan yang dapat berlanjut hinggga masa dewasa
g. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhka dapat diajarkan dan dipraktekkan
h. meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
i. meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif
j. meningkatkan kesediaan menggunkan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
k. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamain, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
6. Beberapa Teknik Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini disajikan empat teknik dalam pembelajaran kooperatif
Metode STAD (student Achievement Divisions)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkahnya:
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompom atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap Tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi,sedang,rendah).
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anaggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh pengharagaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Univertas Texas;dan kemudaian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan. Melalui metode Jingsaw.
Langkahnya:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggungb jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut’kelompok pakar’(expert group).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar .
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam ‘‘home teams’’, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw vrsi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Inividu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru
Metode GI (group Investigation)
Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Dibandingkan dengan metode STAD dan jigsaw, metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk kemampuan yang baik daalm berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatau laporan di depan kelas secara keseluruhan . Deskripsi mengenai langkah-langkah metode GI adalah sebagai berikut :
1) Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposissi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan Kerja sama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah di atas
3) Implementasi
Para siswa melaksanaakn rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan
4) Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensistensikan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas
5) Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang luas mengenai topik tersebut . Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
6) Evaluasi selanjutnya
Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompk terhadap pekerjaan kelas sebagai suatau keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa scara individual atau kelompok atau keduanya.
Metode Struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kgan dan kawan-kawan. Mekipun memilki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan pada struktur-struktur khusus uyang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interkasi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi altenatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuik meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur tujuannya untuk mengajarkan ketrampilan sosial. Think Pair-Share dan Numberead Head adaalah struktur yangdapat digunakan untuk mningkatkan penguasaan akademik, sedangkan structure active listening dan Time Token adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif (Cooperativ learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencrdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih,dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga darisesama siswa.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling ketergantungan positif; (2)interaksi tatap muka;(3) akuntabilitas individual, dan (4) ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (2000:78-79)
Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan susasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: a)saling ketergantungan mencapai tujuan (b)saling ketergantungan menyelesaikan tugas (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d)saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah;
Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialaog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
Akuntabilitas individual
Pembelajatran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi
Ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani memperthankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.
4. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah esensisal anatara kelompok belajar kooperatif denagn kelompok belajar tradisional. Perhatikan tabel berikut:
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungka diri pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnnya hanya ‘enak-enak saja’di atas keberhasilan temannaya yang dianggap ‘pemborong’
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memeberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
Ketrampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung,guru terus melakukan pemantaun melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
Guru memeperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
5. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Ada banayak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan.
Berikut beberapa keuntungannya :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan
c. memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
d. memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen
e. menghilangkan sifat meementingkan diri sendiri atau egois
f. membangun persahabatan yang dapat berlanjut hinggga masa dewasa
g. berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhka dapat diajarkan dan dipraktekkan
h. meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia
i. meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif
j. meningkatkan kesediaan menggunkan ide orang lain yang dirasakan lebih baik
k. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamain, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas
6. Beberapa Teknik Pembelajaran Kooperatif
Berikut ini disajikan empat teknik dalam pembelajaran kooperatif
Metode STAD (student Achievement Divisions)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkahnya:
1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompom atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap Tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi,sedang,rendah).
2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anaggota tim.
3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh pengharagaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Univertas Texas;dan kemudaian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan. Melalui metode Jingsaw.
Langkahnya:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggungb jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut’kelompok pakar’(expert group).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar .
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam ‘‘home teams’’, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw vrsi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Inividu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru
Metode GI (group Investigation)
Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Dibandingkan dengan metode STAD dan jigsaw, metode GI melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk kemampuan yang baik daalm berkomunikasi maupun ketrampilan proses memiliki kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatau laporan di depan kelas secara keseluruhan . Deskripsi mengenai langkah-langkah metode GI adalah sebagai berikut :
1) Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposissi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan Kerja sama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih seperti langkah di atas
3) Implementasi
Para siswa melaksanaakn rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan
4) Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensistensikan berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencakan peringkasan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas
5) Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang luas mengenai topik tersebut . Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
6) Evaluasi selanjutnya
Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompk terhadap pekerjaan kelas sebagai suatau keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa scara individual atau kelompok atau keduanya.
Metode Struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kgan dan kawan-kawan. Mekipun memilki banyak kesamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan pada struktur-struktur khusus uyang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interkasi siswa. Berbagai struktur tersebut dikembangkan oleh Kagan dengan maksud menjadi altenatif dari berbagai struktur kelas yang lebih tradisional, seperti metode resitasi, yang ditandai dengan pengajuan pertanyaan oleh guru kepada seluruh siswa dalam kelas dan para siswa memberikan jawaban setelah lebih dahulu mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru. Struktur-struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja sama saling bergantung dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuik meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur tujuannya untuk mengajarkan ketrampilan sosial. Think Pair-Share dan Numberead Head adaalah struktur yangdapat digunakan untuk mningkatkan penguasaan akademik, sedangkan structure active listening dan Time Token adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar